Fenomena wanita bekerja sebenarmya bukanlah fenomena baru yang muncul kemarin sore, melainkan sejak zaman awal diciptakannya manusia. Hanya cara dan istilahnya yang berbeda pada masing-masing zaman. Menjadi wanita tidaklah semudah yang dibayangkan oleh seorang pria tentang wanita. Apalagi wanita Indonesia, yang masih sangat kental dengan budaya ketimuran, yang selalu memandang wanita adalah sebagai seorang ibu yang anggun, halus, lemah lembut, selalu dekat dengan keluarga, dengan kasih sayangnya membesarkan buah hatinya, dan sebagainya. Perumpaan dan istilah itu, sepertinya hanya layak diberikan kepada kaum wanita saja.
Sejak dilahirkan wanita memang memiliki kodrat yang membedakannya dengan kaum pria. Wanita Indonesia adalah wanita bangsa Timur yang mengagungkan posisinya di keluarga. Sejak dahulu wanita menekuni peranannya di dalam lingkup keluarga sebagai pendamping suami serta ibu bagi anak-anaknya. Pengasuhan anak-anak 100% berada di tangan ibu dan ayahnya, tidak diserahkan kepada pihak lain termasuk pengasuh.
Tetapi, seiring dengan perkembangan zaman dan era globalisasi yang semakin maju, kini wanita Indonesia diberi kesempatan serta peran yang sama dengan pria untuk berpartisipasi dalam pembangunan nasional. Program peningkatan peran wanita di dalam pembangunan semakin mendapat perhatian. Wanita diberi kesempatan untuk berperan lebih majemuk dan menikmati pendidikan tinggi. Hasilnya, banyak wanita yang tampil dan berperan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan dalam berbagai aktivitas ekonomi.
Keterlibatan wanita yang sudah kentara membawa dampak terhadap peran wanita dalam kehidupan keluarga. Fenomena yang terjadi dalam masyarakat adalah semakin banyaknya wanita membantu suami mencari tambahan penghasilan, selain karena didorong oleh kebutuhan ekonomi keluarga, juga wanita semakin dapat mengekspresikan dirinya di tengah-tengah keluarga dan masyarakat. Keadaan ekonomi keluarga mempengaruhi kecenderungan wanita untuk berpartisipasi di luar rumah, agar dapat membantu meningkatkan perekonomian keluarga.
Motivasi untuk bekerja dengan mendapat penghasilan khususnya untuk wanita golongan menengah tidak lagi hanya untuk ikut memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga, melainkan juga untuk menggunakan keterampilan dan pengetahuan yang telah mereka peroleh serta untuk mengembangkan dan mengaktulisasikan diri. Di kehidupan keluarga, suami dan istri umumnya memegang peranan dalam pembinaan kesejahteraan bersama, secara fisik, materi maupun spiritual, juga dalam meningkatkan kedudukan keluarga dalam masyarakat untuk memperoleh penghasilan yang pada dasarnya dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga.
Tugas untuk memperoleh penghasilan keluarga secara tradisional terutama dibebankan kepada suami sebagai kepala keluarga, sedangkan peran istri dalam hal ini dianggap sebagai penambah penghasilan keluarga. Dalam golongan berpernghasilan rendah, istri lebih berperan serta dalam memperoleh penghasilan untuk keluarga (Ihromi, 1990). Seringkali kebutuhan rumah tangga yang begitu besar dan mendesak, membuat suami dan istri harus bekerja untuk bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari.
Kondisi tersebut membuat sang istri tidak punya pilihan lain kecuali ikut mencari pekerjaan di luar rumah. Ada pula ibu-ibu yang tetap memilih untuk bekerja, karena mempunyai kebutuhan sosial yang tinggi dan tempat kerja mereka sangat mencukupi kebutuhan mereka tersebut. Dalam diri mereka tersimpan suatu kebutuhan akan penerimaan sosial, akan adanya identitas sosial yang diperoleh melalui komunitas kerja. Bergaul dengan rekan-rekan di kantor, menjadi agenda yang lebih menyenangkan dari pada tinggal di rumah. Faktor psikologis seseorang serta keadaan internal keluarga, turut mempengaruhi seorang ibu untuk tetap mempertahankan pekerjaannya (Yulia, 2007).
Wanita Bekerja
Menurut Beneria (dalam Gunn, 1994) wanita yang bekerja adalah wanita yang menjalankan peran produktifnya. Wanita memiliki dua kategori peran, yaitu peranan reproduktif dan peranan produktif. Peranan reproduktif mencakup peranan reproduksi biologis, sedangkan peranan produktif adalah peranan dalam bekerja yang menghasilkan sesuatu yang bernilai ekonomis.
Banyak persoalan yang dialami oleh para wanita ibu rumah tangga yang bekerja di luar rumah, seperti bagaimana mengatur waktu dengan suami dan anak hingga mengurus tugas-tugas rumah tangga dengan baik. Ada yang bisa menikmati peran gandanya, namun ada yang merasa kesulitan hingga akhirnya persoalan-persoalan rumit semakin berkembang dalam hidup sehari-hari (Yulia, 2007).
Pada umumnya, wanita banyak menghadapi masalah psikologis karena adanya berbagai perubahan yang dialami saat menikah, antara lain perubahan peran sebagai istri dan ibu rumah tangga, bahkan juga sebagai ibu bekerja. (Pujiastuti dan Retnowati, 2000). Wanita yang menjadi istri dan yang bekerja sering hidup dalam pertentangan yang tajam antara perannya di dalam dan di luar rumah. Banyak wanita yang bekerja full-time melaporkan bahwa mereka merasa bersalah karena sepanjang hari meninggalkan rumah. Namun, setibanya di rumah mereka merasa tertekan karena tuntutan anak-anak dan suami. Sering sekali timbul perselisihan antara suami-istri yang terus-menerus tentang pekerjaan atau gaji siapa yang lebih penting bagi kelangsungan hidup maupun hal lainnya misalnya masalah tanggung jawab dalam mendidik dan merawat anak-anak (Ubaydillah, 2003).
Faktor pendorong Wanita Bekerja
Menurut Yulia (2007), faktor-faktor yang mendasari kebutuhan wanita untuk bekerja di luar rumah adalah :
- Tuntutan hidup, ada beberapa wanita yang bekerja bukan karena mereka ingin bekerja tetapi lebih karena tuntutan hidup. Bagaimana mereka tidak bekerja jika gaji suami tidak bisa mencukupi kebutuhan hidup. Ada suatu tren di kota besar dimana biaya hidup begitu besar sehingga ibu yang bekerja adalah merupakan suatu tuntutan zaman.
Pendapatan tambahan untuk keleluasan finansial, beberapa wanita berpendapat bahwa jika mereka mempunyai penghasilan sendiri, mereka merasa lebih bebas dalam menggunakan uang. Mereka bisa mendukung keuangan keluarga mereka sendiri seperti memberi uang untuk orang tua, ikut membiayai kuliah adik, memberi sumbangan untuk keluarga yang sakit dan lain sebagainya.
Aktualisasi diri dan prestise, manusia mempunyai kebutuhan akan aktualisasi diri, dan menemukan makna hidupnya melalui aktivitas yang dijalaninya. Bekerja adalah salah satu sarana yang dapat dipergunakan oleh manusia dalam menemukan makna hidupnya.
Pengembangan bakat menjadi komersial, banyak juga ibu rumah tangga yang menjadi pengusaha atau tokoh terkenal bukan karena mengejar karir tetapi karena dengan sendirinya mereka berkembang oleh bakat yang dimilikinya. Ada banyak karir gemilang yang didapat oleh kaum ibu yang bermula dari sekedar hobi, seperti hobi menjahit, memasak, merangkai bunga, bahkan bergaul dan berbicara.- Kejenuhan di rumah, ada juga para ibu yang rela meninggalkan anak-anak di rumah bukan karena desakan ekonomi dan bukan pula karena desakan batin untuk mengaktualisasikan dirinya. Mereka hanyalah ibu-ibu yang merasa bosan jika harus mengurus anak di rumah. Mereka lebih senang jika bisa mempunyai kesibukan dan berkesempatan untuk bercanda ria dengan rekan-rekan kerja.
Penutup
Wanita yang bekerja memiliki kesadaran untuk harus bisa menjadi ibu yang sabar dan bijaksana bagi anak-anak dan menjadi istri yang baik bagi suami serta menjadi ibu rumah tangga yang bertanggung jawab atas keperluan dalam urusan rumah tangga. Di tempat kerja juga mempunyai komitmen dan tanggung jawab atas pekerjaan yang dipercayakan kepadanya sehingga harus menunjukkan prestasi kerja yang baik. Dengan demikian, terjadi keseimbangan untuk menyatukan keduanya dan hal ini tidak mudah, diperlukan usaha dan tekad supaya peran ganda wanita dapat dijalankan dengan sebaik-baiknya.
Semoga!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar